Minggu, 22 April 2012

“Berikan kami Al Qur’an, bukan cokelat!”

Al Qur’an! Al Qur’an! Bukan cokelat! Bukan Cokelat!” kata anak perempuan setengah berteriak ke beberapa teman lain yang sedang mengurus pengungsi.
Dua Pasang Mata di Tengah Salju: Al Qur’an Bukan Cokelat!
(Banyak yang sebenarnya harus saya catat ketika bekerja menemani anak-anak di berbagai daerah dan negara. Namun,cerita yang satu ini amat berkesan. Menohok konsep diri.)
Anak-anak hebat tidak selamanya lahir dari fasilitas yang serba lengkap, bahkan sebagian dari mereka disembulkan dari kehidupan sulit yang berderak-derak. Mereka tumbuh dan berkembang dari kekurangan.
Pada sebuah musim dingin yang menggigit, di sebuah pedalaman, di belahan timur Eropa, kisah ini bermula. Kejadian menakjubkan, setidaknya bagi saya.
Salju bagai permadani putih dingin menyelimuti pedalaman yang telah kusut masai dirobek perang yang tak kunjung usai. Dentuman bom dan letupan senjata meraung-raung dimana-mana. Sesekali, terdengar ibu dan anak menjerit dan kemudian hilang.
Di tenda kami, puluhan anak duduk memojok dalam keadaan teramat takut.  Sepi. Takada percakapan. Takada jeritan. Hanya desah pasrah merayap dari mulut mereka terutama ketika terdengar letupan atau ledakan.
Di luar, selimut putih beku telah menutup hampir semua jengkal tanah. Satu-dua pohon perdu masih keras kepala mendongak, menyeruak. Beberapa di antara kami terlihat masih berlari ke sana-kemari. Memangku anak atau membopong anak-anak yang terjebak perang dan musim dingin yang menggigit tulang.
Tiba-tiba dari kejauhan, saya melihat dua titik hitam kecil. Lambat laun, terus bergerak menuju tenda kami. Teman di samping yang berkebangsaan Mesir mengambil teropong.
“Allahu Akbar!” teriaknya meloncat sambil melemparkan teropong sekenanya.
Saya juga meloncat dan ikut berlari menyusul dua titik hitam kecil itu. Seperti dua rusa yang dikejar Singa Kalahari, kami berlari.
Dari jarak beberapa meter, dapat kami pastikan bahwa dua titik hitam kecil itu adalah sepasang anak. Anak perempuan lebih besar dan tinggi dari anak lelaki. Anak perempuan yang manis khas Eropa Timur itu terlihat amat lelah. Matanya redup. Sementara, anak lelaki berusaha terus tegar.
“Cokelat …,” sodor teman saya setelah mereka sampai di tenda penampungan kami.
Anak yang lebih besar dengan mata tajamnya menatap teman saya yang menyodorkan sebungkus cokelat tadi.
Teman saya merasa mendapat perhatian maka dia semakin semangat menyodorkan cokelat. Diangsurnya tiga bungkus cokelat ke kepalan tangan anak yang kecil (yang ternyata adalah adiknya).
Sang Kakak dengan cepat dan mengejutkan kami mengibaskan tangannya menolak dua bungkus cokelat yang diberikan. Teman saya yang berkebangsaan Mesir itu terkesiap.
“Berikan kami Al Qur’an, bukan cokelat!” katanya hampir setengah berteriak.
Kalimatnya yang singkat dan tegas seperti suara tiang pancang dihantam berkali-kali.
Belum seluruhnya nyawa kami berkumpul, sang Kakak melanjutkan ucapannya,
“Kami membutuhkan bantuan abadi dari Allah! Kami ingin membaca Al Qur’an. Tapi, ndak ada satu pun Al Qur’an.”
Saya tercekat apalagi teman saya yang dari Mesir. Kakinya seperti terbenam begitu dalam dan berat di rumput salju. Kami bergeming.
Dua titik hitam yang amat luar biasa meneruskan perjalanannya menuju tenda pengungsi. Mereka berusaha tegap berjalan.
“Al Qur’an! Al Qur’an! Bukan cokelat! Bukan Cokelat!” kata anak perempuan setengah berteriak ke beberapa teman lain yang sedang mengurus pengungsi.
Saya dan teman Mesir yang juga adalah kandidat doktor ilmu tafsir Al Qur’an Universitas Al Azhar Kairo itu kaku.
[Takakan pernah terlupakan kejadian di sekitar Mostar ini. Meski musim dingin dan dalam dentuman senjata pembunuh yang tak terkendali, angsa-angsa terus berenang di sebuah danau berteratai yang luar biasa indahnya. Beberapa anak menangis dipangkuan. Darah menetes. Beberapa anak-anak bertanya, dimana ayah dan ibu mereka. (Saya ingin melupakan tahunnya.)]
== disalin dari:
Aku Mau Ayah! Mungkinkah tanpa sengaja anak Anda telah terabaikan? 45 Kisah Nyata Anak-Anak Yang Terabaikan“,  bab “Dua Pasang Mata di Tengah Salju: Al Qur’an Bukan Cokelat!” (hal 83-86)
Penulis: Irwan Rinaldi.
Penerbit: Progressio Publishing.
Cetakan Pertama, Juni 2009
==
sumber: www.jilbab.or.id

Inilah Cinta dan Kesetiaan !

Pada dirinya yang mulia sumber  teladan bagi setiap manusia yang berusaha menggapai ridha-Nya. Terpesona pada kehidupannya yang tak akan pernah habis dan puas di reguk oleh hamba-hambaNya yang merindukan surga-Nya.Sampai masalah kehidupan pribadinya pun begitu indah mempesona. Ia memberi teladan bagi para suami tentang arti cinta dan kesetiaan pada pasangannya yang sesungguhnya. Cinta itu tak kan pernah lekang oleh ruang dan waktu yang di lewati manusia. Walau sang belahan jiwa tercinta telah keharibaan-Nya. Tapi cinta itu tetap membara di dalam dadanya yang suci dan mulia. Bila ia teringat pada sang kekasihnya tercinta yang telah tiada, bibirnya yang mulia tak kan jemu senantiasa menyebut namanya ,memujinya dan memintakan ampunan untuknya. Adakah para suami istri berhasrat untuk meneladani cinta dan kesetiaannya?
Duhai, para suami,…junjunganmu memberikan contoh yang sangat istimewa dan mulia. Tentang kisah cinta dan kesetiaannya yang telah disaksikan oleh istri-istrinya yang lain dan para sahabatnya yang mulia. Generasi seterusnya dan para ulamapun membukukannya dalam tulisan mereka. Sehingga kisah ini bukanlah dongengan ataupun khayalan semata. Akan tetapi ia nyata adanya dan bagi orang yang ingin menirunya tentu pahala menantinya. Tidakkah hatimu tergerak untuk mewujudkannya?
Rasulmu tercinta yang amat sangat mencintai umatnya adalah sangat menghargai jasa istrinya. Bukti penghargaan beliau ini diwujudkan dengan tidak menikahnya beliau dengan wanita lain ketika Khadijah radiyallahu anha masih hidup mendampinginya. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari jalan Az-Zuhri dari Urwah radiyallahu anhu bahwa Aisyah radiyallahu anha berkata:
“Nabi Shalallahu alaihi wassalam tidak menikahi wanita lain sampai khadijah wafat”1
Hal ini tidak diperselisihkan di kalangan ahli ilmu dan sejarawan yang menunjukkan betapa agungnya kedudukan khadijah radiyallahu anha dalam hati beliau, tidakkah engkau memikirkannya?
Wahai para istri,…mengapa sangat agung kedudukan Khadijah radiyallahu anha dalam hati beliau shalallahu alaihi wassalam?Karena ia telah memberikan pengorbanan dan jasa yang sangat besar dalam kehidupan suaminya tercinta.Ia tak kenal  lelah dan letih begitu setia mendampingi  Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dalam berdakwah mengenalkan islam pada masyarakat Quraisy waktu itu, sehingga sang suami mendapat berbagai cobaan, ujian dan kesulitan dalam hidupnya. Ia korbankan harta bendanya untuk sang suami tercinta di jalan dakwahnya, memberikan dukungan, ketenangan dan kasih sayang yang melimpah ruah dalam rumah tangganya.Mendidik anak-anak beliau sehingga menjadi penyejuk mata bagi keduanya.Inilah sosok istri teladan yang patut  bagi setiap muslimah untuk mencontohnya dan mempersembahkannya untuk suami tercinta sehingga rumah tangga setiap muslim menjadi kokoh dan kuat bangunannya.Wajarlah bila Allah Azza wa jalla memberikan kabar gembira atas jasa-jasa beliau ini berupa istana di surga.Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu bahwa suatu ketika malaikat Jibril mendatangi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dia berkata :
”Wahai Rasulullah, itu Khadijah telah datang membawa makanan atau minuman. Kalau sudah tiba, sampaikan salam kepadanya dari Allah dan dariku, dan berilah kabar gembira bahwa telah di sediakan untuknya sebuah istana di surga yang terbuat dari intan permata dan di istana tersebut tidak ada keributan maupun keletihan”2
Selain itu atas jasa besar Khadijah radiyallahu anha yang sangat tulus dalam memperjuangkan islam akhirnya beliaupun berhak menyandang gelar sebagai wanita yang terbaik pada umat ini. Dari Ali bin Abu Thalib Radiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shalalahu alaihi wassalam bersabda:
“Wanita mereka yang terbaik adalah Maryam (yakni kepada umat yang didalamnya terdapat Maryam)dan wanita umat ini yang terbaik adalah Khadijah “3
Bukankah Allah sangat cepat hisabnya wahai saudariku,…Tidaklah Dia membalas kebaikan melainkan dengan kebaikan  bahkan yang berlipat ganda, dan tidakkah kita ingin meraihnya?
Untuk para suami yang berusaha membahagiakan sang istri tercinta,…walau Khadijah radiyallahu anha  telah tiada penghormatan beliau padanya tetap seperti di masa hidupnya . Beliau senantiasa memberikan hadiah pada kerabat dan kawan-kawan istrinya sebagai bukti nyata cinta beliau bukan hanya isapan jempol belaka.Sehingga perbuatan beliau ini membuat Aisyah radiyallahu anha sangat cemburu, Aisyah berkata :
“Aku tidak pernah cemburu kepada satupun diantara istri-istri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam seperti cemburuku kepada Khadijah. Aku tidak melihatnya, akan tetapi Rasulullah sering menyebut namanya. Terkadang beliau menyembelih  kambing, lalu memotong-motongnya, kemudian membagi-bagikannya kepada kawan-kawan Khadijah.Pernah aku berkata pada beliau, ‘Seolah-olah tidak ada perempuan lain di dunia ini selain Khadijah?” Beliau menjawab : “Dia dulu begini dan begitu. Dan darinya pula aku punya anak”4
Tentang perkataan Aisyah”…akan tetapi Rasulullah sering sekali menyebut namanya” Ibnu Hajar berkata bahwan dalam riwayat Abdullah al-Bahiyy dari Aisyah sebagaimana di sebutkan dalam Kitab Ath-Thabrani “beliau menyebut nama Khadijah, tidak bosan-bosan memujinya dan beristighfar untuknya”5
Tentang perkataan Rasulullah Shalalahu alaihi wassalam : “Dia dahulu begini dan begitu” Ibnu Hajar berkata bahwa maksudnya dia adalah wanita mulia, cerdas dan sejenisnya.6
Dalam kitab Al-Musnad Imam Ahmad menyebutkan riwayat Masruq dari Aisyah bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda:
“Dia beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tidak mau memberi bantuan, dan Allah Subhanahu wa ta’ala memberiku anak darinya ketika Dia tidak memberiku anak dari wanita lain”7.
Imam Nawawi berkata  : “Hadits-hadits ini merupakan dalil kesetiaan, penjagaan cinta kasih, dan penghormatan kepada pasangan hidupnya baik semasa hidup maupun setelah mati, serta penghormatan kepada para kenalan teman hidup tersebut”.8.
Jasa istrinya selalu beliau kenang sepanjang masa, sepanjang perjalanan hidupnya. Beliau begitu setia, santun, memiliki pergaulan yang baik dengan istrinya, menjaga kehormatan hidup istrinya baik di saat hidup maupun setelah tiada serta memuliakan kerabat dan teman-temannya.Cintanya tak pernah lekang di makan usia bahkan beliau tetap setia mencintainya ,senantiasa menyebut namanya. Betapa indahnya!
Aisyah berkata bahwa Haalah binti Khuwailid saudara perempuan Khadijah meminta izin bertemu Rasulullah Shalallahu alihi wassalam. Saat itu beliau teringat akan cara minta izinnya Khadijah yaitu cara minta ijin Haalah yang mirip dengan Khadijah. Beliaupun terkenang dan terkejut dengan berkata “ Ya, Allah itu Haalah!” Aisyah yang melihat sikap beliau ini menjadi sangat cemburu. Aku berkata pada beliau :”Untuk apa engkau mengingat-ingat perempuan tua yang sudah tanggal giginya (ompong) dan sudah lama mati, padahal Allah telah memberimu ganti yang lebih baik darinya”9
Tidakkah engkau melihat kecemburuan Aisyah? Cemburu pada wanita yang telah tiada? Rasulullah tidak pernah melupakannya, melupakan gerak-gerik istrinya di masa hidupnya semua terekam indah dalam ingatan beliau. Hingga Aisyahpun tak kuasa menahan kecemburuannya.Adakah yang mau merenungkannya?
Pada Rasulullah suri tauladan yang menawan, semoga dengan membaca kisah cinta dan kesetiaannya hatimu akan tertawan. Alangkah indah dan manisnya hidup dalam cinta dan kesetiaan.Sehingga tenanglah hati para istri mengarungi biduk rumah tangga yang penuh onak dan duri-duri kehidupan. Islamlah solusi kehidupan bagi para pasangan. Di dalamnya akan kita dapati jalan keluar yang kita butuhkan.  Wahai para suami,…apalagi yang engkau pikirkan? Jika manusia yang paling mulia di atas bumi ini telah mengajarkanmu arti cinta dan kesetiaan. Tidakkah ingin engkau persembahkan kepada pasangan hidupmu yang telah Allah halalkan? Dan tentu para istripun akan menambah pengabdian dan ketaatan mereka padamu karena inilah yang mereka harapkan! Wallahu ‘alam bish-shawwab.
Artikel ini telah di muraja’ah oleh : Ustadz Khalid Samhudi Lc dan Ustadz Muhammad Elvy Syam Lc.

Sumber Rujukan :
1.Fathul Baari Syarah Shahihul Bukhari jilid 7  Kitabul Manaqib Al-Anshariy, Bab Tazwiijun Nabi Shalallahu alaihi wassalam Khadijata wa fadhliha radiyallahu anha, di tahkik oleh Syaikh Abdullah bin Baaz, daarul Fikr, Lebanon.
2.Ringkasan Shahih Muslim, Imam Al-Mundziri ,Bab Keutamaan Khadijah Radiyallahu anha Ummul Mukminin, Istri Nabi Shalallahu alaihi wassalam hal:  976-978, Pustaka Amani,Jakarta

Catatan kaki:
  1. Fathul Baari 7:517 []
  2. HR. Bukhari no.3820 dan Muslim no.1671 []
  3. HR.Bukhari no.3815 Fathul Baari 7/512 dan Muslim no.1670 []
  4. HR. Bukhari no 3818 []
  5. Fathul Baari :7/516 []
  6. Fathul Baari : 7/516 []
  7. fathul Baari 7/516 []
  8. Fathul Baari, 7/517 []
  9. HR.Bukhari no.3821 Muslim no.1674 []
sumber : www.jilbab.or.id

Dia Mencium Bau Surga

Di dalam sebuah hadits yang bersumber dari Abu Hurairah rhodiyallaahu ‘anhu, Rasululllah shollallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “ Ada tujuh golongan orang yang mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain dari naunganNya… diantaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melakukan ketaatan kepada Allah.”
Dan di dalam sebuah hadits shohih yang berasal dari Anas bin an-Nadhr rhodiyallaahu ‘anhu, ketika perang Uhud ia berkata,”Wah …. angin surga, sunguh aku telah mencium wangi surga yang berasal dari balik gunung Uhud.”
 Seorang Doktor bercerita kepadaku, “ Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata pasien tersebut adalah seorang pemuda yang sudah meninggal – semoga Allah merahmatinya -. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya? 
Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya –semoga Allah membalas segala kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh.
Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit dan mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah ia marah dan jengkel ? Atau apa?           
            Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka,
‘Jangan khawatir! Saya akan meninggal … tenanglah … sesungguhnya aku mencium wangi surga.!’ Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat tersebut di hadapan para dokter yang sedang merawat. Meskipun mereka berusaha berulang-ulang untuk menyelamatkannya, ia berkata kepada mereka, ‘Wahai saudara-saudara, aku akan mati, maka janganlah kalian menyusahkan diri sendiri… karena sekarang aku mencium wangi surga.’
 
            Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah’ Ruhnya melayang kepada Sang Pencipta subhanahu wa ta’ala.
            Allahu Akbar … apa yang harus aku katakan dan apa yang harus aku komentari…Semua kalimat tidak mampu terucap … dan pena telah kering di tangan… Aku tidak kuasa kecuali hanya mengulang dan mengingat Firman Allah subhanahu wa ta’ala, “ Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat.” (Ibrahim : 27)
Tidak ada yang perlu dikomentari lagi.
            Ia melanjutkan kisahnya,
            “Mereka membawa jenazah pemuda tersebut untuk dimandikan.  Maka ia dimandikan oleh saudara Dhiya’ di tempat pemandian mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan  yang terakhir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesudah shalat Magrib pada hari yang sama.
 
  1. Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullaah Shallallaahu ‘alahi wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat”. Ini merupakan tanda-tanda khusnul khatimah.
  2. Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga pada persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Pada tubuh orang yang sudah meninggal itu (biasanya-red) dingin, kering dan kaku.
  3. Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.
 
Subhanalllah … Sungguh indah kematian seperti itu. Kita memohon semoga Allah subhanahu wa ta’ala menganugrahkan kita khusnul khatimah.
Saudara-saudara tercinta … kisah belum selesai…
 
            Saudara Dhiya’ bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabnya?
 
            Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya?
Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal yang terlarang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia dapatkan husnul khatimah (insyaAllah –red) yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-ngidamkann ya; meninggal dengan mencium wangi surga.
 
            Ayahnya berkata, “Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapat melaksanakan shalat Shubuh berjama’ah. Ia gemar menghafal al-Qur’an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU.”
 
Aku katakan, “Maha benar Allah” yang berfirman (yang artinya-red)
 
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan  (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fhushilat:30- 32)
 
Diambil dari : Serial Kisah Teladan Karya Muhammad bin Shalih Al-Qahthani, sebagaimana yang dinukil dari Qishash wa ‘Ibar karya Doktor Khalid al-Jabir.
— 
Sumber : Majalah elfata hal 65-67 edisi 06 volume 07 tahun 2007 dengan sedikit perubahan redaksi.
di copy dari www.jilbab.or.id

Rumus Kecantikan Wanita

Tidak cantik = Minder dan jarang disukai orang.
Cantik = Percaya diri, terkenal dan banyak yang suka.
AH MASA SIH??
Itulah sekelumit rumus yang ada dalam fikiran wanita atau bisa juga akhwat. Sebuah rumus simple namun amat berbahaya. Darimanakah asal muasal rumus ini? Bisa jadi dari media ataupun oleh opini masyarakat yang juga telah teracuni oleh media- baik cetak maupun elektronik- bahwa kecantikan hanya sebatas kulit luar saja. Semua warga Indonesia seolah satu kata bahwa yang cantik adalah yang berkulit putih, tinggi semampai, hidung mancung, bibir merah, mata jeli, langsing, dll. Akibatnya banyak kaum hawa yang ingin memiliki image cantik seperti yang digambarkan khalayak ramai, mereka tergoda untuk membeli kosmetika yang dapat mewujudkan mimpi-mimpi mereka dan mulai melalaikan koridor syari’at yang telah mengatur batasan-batasan untuk tampil cantik. Ada yang harap-harap cemas mengoleskan pemutih kulit, pelurus rambut, mencukur alis, mengeriting bulu mata, mengecat rambut sampai pada usaha memancungkan hidung melalui serangkaian treatment silikon, dll. Singkat kata, mereka ingin tampil secantik model sampul, bintang iklan ataupun teman pengajian yang qadarullah tampilannya memikat hati. Maka tidak heran setiap saya melewati toko kosmetik terbesar di kota saya, toko tersebut tak pernah sepi oleh riuh rendah kaum hawa yang memilah milih kosmetik dalam deretan etalase dan mematut di depan kaca sambil terus mendengarkan rayuan manis dari si mba SPG.
Kata cantik telah direduksi sedemikian rupa oleh media, sehingga banyak yang melalaikan hakikat cantik yang sesungguhnya. Mereka sibuk memoles kulit luar tanpa peduli pada hati mereka yang kian gersang. Tujuannya? Jelas, untuk menambah deretan fans dan agar kelak bisa lebih mudah mencari pasangan hidup, alangkah naifnya. Faktanya, banyak dari teman-teman pengajian saya yang sukses menikah bukanlah termasuk wanita yang cantik ataupun banyak kasus yang muncul di media massa bahwa si cantik ini dan itu perkawinannya kandas di tengah jalan. Jadi, tidak ada korelasi antara cantik dan kesuksesan hidup!.
Teman-teman saya yang sukses menikah walaupun tidak cantik-cantik amat tapi kepribadiannya amat menyenangkan, mereka tidak terlalu fokus pada rehab kulit luar tapi mereka lebih peduli pada recovery iman yang berkelanjutan sehingga tampak dalam sikap dan prinsip hidup mereka, kokoh tidak rapuh. Pun, jika ada teman yang berwajah elok mereka malah menutupinya dengan cadar supaya kecantikannya tidak menjadi fitnah bagi kaum adam dan hanya dipersembahkan untuk sang suami saja, SubhanAlloh. Satu kata yang terus bergema dalam hidup mereka yakni bersyukur pada apa-apa yang telah Alloh berikan tanpa menuntut lagi, ridho dengan bentuk tubuh dan lekuk wajah yang dianugerahkan Alloh karena inilah bentuk terbaik menurut-Nya, bukan menurut media ataupun pikiran dangkal kita. Kalau kita boleh memilih, punya wajah dan kepribadian yang cantik itu lebih enak tapi tidak semua orang dianugerahi hal semacam itu, itulah ke maha adilan Alloh, ada kelebihan dan kekurangan pada diri tiap orang. Dan satu hal yang pasti, semua orang bertingkah laku sesuai pemahaman mereka, jika kita rajin menuntut ilmu agama InsyaAlloh gerak-gerik kita sesuai dengan ilmu yang kita miliki. Demikian pula yang terjadi pada wanita-wanita yang terpaku pada kecantikan fisik semata, menurut asumsi saya, mereka merupakan korban-korban iklan dan kurang tekun menuntut ilmu agama, sehingga lahirlah wanita-wanita yang berpikiran dangkal, mudah tergoda dan menggoda. Mengutip salah satu hadist, Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
“Siapa yang Alloh kehendaki kebaikan baginya, Alloh akan pahamkan ia dalam agamanya”(Shahih, Muttafaqun ‘alaihi).
Hadist diatas dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Baz bahwa ia menunjukkan keutamaan ilmu. Jika Alloh menginginkan seorang hamba memperoleh kebaikan, Alloh akan memahamkan agama-Nya hingga ia dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang bathil, mana petunjuk mana kesesatan. Dengannya pula ia dapat mengenal Rabbnya dengan nama dan sifat-sifat-Nya serta tahu keagungan hak-Nya. Ia pun akan tahu akhir yang akan diperoleh para wali Alloh dan para musuh Alloh.
Syaikh Ibnu Baz lebih lanjut juga mengingatkan betapa urgennya menuntut ilmu syari’at:
“Adapun ilmu syar’i, haruslah dituntut oleh setiap orang (fardhu ‘ain), karena Alloh menciptakan jin dan manusia untuk beribadah dan bertaqwa kepada-Nya. Sementara tidak ada jalan untuk beribadah dan bertaqwa kecuali dengan ilmu syar’i, ilmu Al-Qur’an dan as Sunnah”.
Dus, sadari sejak semula bahwa Alloh menciptakan kita tidak dengan sia-sia. Kita dituntut untuk terus menerus beribadah kepadaNya. Ilmu agama yang harus kita gali adalah ilmu yang Ittibaurrasul (mencontoh Rasulullah) sesuai pemahaman generasi terbaik yang terdahulu (salafusshalih), itu adalah tugas pokok dan wajib. Jika kita berilmu niscaya kita akan mengetahui bahwa mencukur alis (an-namishah), tatto (al-wasyimah), mengikir gigi (al-mutafallijah) ataupun trend zaman sekarang seperti menyambung rambut asli dengan rambut palsu (al-washilah) adalah haram karena perbuatan-perbuatan tersebut termasuk merubah ciptaan Alloh. Aturan-aturan syari’at adalah seperangkat aturan yang lengkap dan universal, sehingga keinginan untuk mempercantik diri seyogyanya dengan tetap berpedoman pada kaidah-kaidah syara’ sehingga kecantikan kita tidak mendatangkan petaka dan dimurkai Alloh. Apalah gunanya cantik tapi hati tidak tentram atau cantik tapi dilaknat oleh Alloh dan rasul-Nya, toh kecantikan fisik tidak akan bertahan lama, ia semu saja. Ada yang lebih indah dihadapan Alloh, Rabb semesta alam, yaitu kecantikan hati yang nantinya akan berdampak pada mulianya akhlaq dan berbalaskan surga. Banyak-banyaklah introspeksi diri (muhasabah), kenali apa-apa yang masih kurang dan lekas dibenahi. Jangan ikuti langkah-langkah syaitan dengan melalaikan kita pada tugas utama karena memoles kulit luar bukanlah hal yang gratis, ia butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit. Bukankah menghambur-hamburkan uang (boros) adalah teman syaitan?. JADI, mari kita ubah sedikit demi sedikit mengenai paradigma kecantikan.
Faham Syari’at = CANTIK
Tidak Faham Syari’at = Tidak CANTIK sama sekali!
Bagaimana? setuju?.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wa sallam bersabda:
”Innallaha la yanzhuru ila ajsamikum wa la ila shuwarikum walakin yanzhuru ila qulubikum”
”Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik kalian dan rupa kalian akan tetapi Allah melihat hati dan kalian” (HR. Muslim)
Mari kita simak syair indah dibawah ini:
Banyak lebah mendatangi bunga yang kurang harum
Karena banyaknya madu yang dimiliki bunga
Tidak sedikit lebah meninggalkan bunga yang harum karena sedikitnya madu
Banyak laki-laki tampan yang tertarik dan terpesona oleh wanita yang kurang cantik
Karena memiliki hati yang cantik
Dan tidak sedikit pula wanita cantik ditinggalkan laki-laki karena jelek hatinya
Karena kecantikan yang sejati bukanlah cantiknya wajah tapi apa yang ada didalam dada
Maka percantiklah hatimu agar dicintai dan dirindukan semua orang.
Wallahu ‘alam bisshowab (ummu Zahwa).
Maroji’:
297 Larangan Dalam Islam dan Fatwa-Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Syaikh Ali Ahmad Abdul ‘Aal ath-Thahthawi.
Sumber: http://jilbab.or.id/archives/484-rumus-kecantikan-wanita/#more-484

Kamis, 19 April 2012

101 Alasan Mengapa Ane Pake Jilbab

المرحلة الأولى
MARHALAH PERTAMA
Suatu ketika muncul pertanyaan dari seseorang yang belum memahami Islam dan kewajiban-kewajiban seorang muslim atau muslimah: "Kenapa sih kamu pakai jilbab?".
Pertama, alasan yang sederhana adalah bahwa saya memakai jilbab 'bukan untuk sok-sokan' 1, juga 'bukan untuk gaya-gayaan' 2, 'bukan juga karena latah ikut-ikutan' 3. Atau 'tidak bermaksud agar hanya sekedar berbeda dengan yang lain' 4. Sekali-kali tidak. Secara pandangan kaca mata aqidah Islamiyyah dapat saya kemukakan tujuan saya memakai jilbab adalah 'Karena saya ingin taat kepada Allah, yang telah menciptakan saya, menyempurnakan kejadian, memberi rizki, melindungi dan menolong saya' 5. Bukankah ketaatan kepada-Nya adalah 'tanda kita bersyukur atas nikmat-Nya yang banyak?' 6. Baik nikmat iman, nikmat Islam dan nikmat kesehatan serta berjuta nikmat yang telah Allah berikan.
Pernahkah anda merenungkan tentang nikmat memiliki mata? Pernahkah anda hitung berapa juta banyaknya yang dapat dinikmati oleh kedua biji mata kita. Pernahkah anda bayangkan - misalnya - anda seorang buta? Apakah hari-hari kehidupan anda seceria saat ini? Bahkan seorang buta tak tahu betapa indahnya spektrum warna yang beraneka macamnya.
Selanjutnya saya ingin terangkan kepada anda, 'karena saya ingin taat kepada Rasul-Nya, pembimbing umat dengan risalah beliau' 7. Beliaulah satu-satunya teladan ummat dalam mengaplikasikan nilai-nilai Islam. Beliaulah yang menyerukan 'agar kaum wanita menutup auratnya' 8. Beliaulah yang menyerukan - tentunya dengan seizin Allah - agar menghormati hak-hak wanita.
Dengan syi'ar Islam, beliau SAW telah 'meninggikan derajat wanita dari belenggu kehinaan dan hanya menjadi obyek nafsu semata' 9. Dan mengarahkan 'agar wanita menjadi subyek dalam proses pembangunan ummat' 10.
Bukankah tugas mendidik anak sesuai ajaran Islam adalah peran subjektif dari seorang wanita? Sebab dalam pandangan Islam, soal nilai kerja di dalam atau di luar rumah, semua itu tergantung niatnya. Bukan berarti semakin besar pendapatan seorang wanita, maka semakin besar pula pahalanya. Yang penting dia ikhlas atau tidak? Dia sesuai aturan syar'i atau justru dengan keluar rumah malah maksiat terhadap amanah-amanah Allah. Maksiat terhadap suaminya. Maksiat terhadap keluarganya. 'Sungguh dapat saja terjadi bahwa pahala wanita yang bekerja di rumah justru lebih besar dari pahala suaminya yang bekerja di luar rumah. Sebab dia lebih ikhlas' 11. yang ingin saya tekankan adalah bahwa kita kaum wanita hendaklah jadi subyek dalam pendidikan generasi robbani ini.
Dalam pandangan lain, seperti kaum orientalis Barat sering lontarkan, bahwa jilbab itu adalah pakaian wanita yang inferior (rendah diri), sebab minder gaul dengan orang-orang modern.
Terus terang saya katakan bahwa pandangan itu adalah keliru besar! Pandangan penyerang-penyerang Islam yang lagi panik melihat hasil kerjanya sia-sia tanpa makna. Pandangan yang tidak berdasar sama sekali.
'Jilbab adalah pakaian taqwa' 12, dan 'saya berusaha mencapai derajat taqwa' 13. dengan ini 'saya tidak jadi minder' 14. justru ada semacam 'Izzah Islam' 16. sekaligus untuk 'syi'ar Islam' 17. 'Saya ingin jadi mar'ah sholihah, sebagaimana kriteria Allah dan Rasul-Nya' 18.
المرحلة الثانية
MARHALAH KEDUA
Sebuah pendapat bernada sumbang berkomentar tentang menjamurnya wanita berjilbab saat ini, "Ah, itu kan orang-orang yang sedang mencari identitas. Biasa ... lagi trendy, seperti musik yang lagi ngetop, sebentar juga nggak laku lagi".
Perlu saya jelaskan bahwa bagi makhluq Allah yang taat kepada-Nya, identitasnya telah digariskan dengan tegas oleh sang Khaliq. 'Jilbab adalah identitas wanita muslimah' 19 yang telah digariskan oleh Allah baik melalui firman-firman Allah, maupun hadits-hadits Rasul-Nya. Juga pemakainya 'berniat untuk ibadah' 20 kepada Allah. 'Bukan sekedar untuk nge-trend' 21. 'Bukan mode seperti musik yang dipermisalkan tadi' 22. 'Inilah pakaian yang cocok dengan fitrah wanita' 23. Sebab semua aturan yang diturunkan Allah kepada makhluq-Nya adalah fitrah (sesuai kebutuhannya). 'Jadi jilbab cooo..cok untuk semua wanita' 24. Meskipun dia bukan seorang muslimah !! Kalian yang bukan muslimah dapat merenungkan hal ini. Apalagi dengan berjilbab kita 'akan memperoleh ridho Allah' 25. Sebagaimana jaminan Allah - memperoleh surga - atas assabiquunal awwalun (muhajirin/at dan Anshor).
'Lihatlah istri-istri Rasulullah' 26, 'para shahabiyah semua berbusana muslimah' 27. Bukankah mereka yang dekat dengan Rasul. Bukankah 'mereka adalah generasi yang layak untuk diteladani' 28. 'Agar kita juga mendapat balasan jannah sebagaimana mereka telah mendapatkannya' 29. Mereka (muhajirat) - ketika turun ayat tentang hijab - mereka robek-robek kain panjang mereka untuk digunakan sebagai penutup tubuh mereka. Kemudian di antara mereka bertanya kapada Rasul, "Apakah ini masih kurang panjang ya Rasulullah?". Pantas Allah memberikan jaminan surga kepada mereka.
Terus terang saya katakan, 'bermula dengan jilbab ini saya ingin menepak jalan ke surga' 30. Agar lebih jelas dapat saya kemukakan alasan syar'inya. Bukalah Al-Qur'an dan lihat surat An-Nur ayat 31:
وَ قُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَ يَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَ لاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَ لاَ يُبْدِينَ زِيْنَتَهُنَّ إِلاَّ...
"Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (boleh) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali …" 31
Kemudian surat Al-Ahzab ayat 59:
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأَزْوَاجِكَ وَ بَنَاتِكَ وَ نِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيْبِهِنَّ
"Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan dan istri-istri beriman, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka … " 32
Bukankah ayat-ayat itu begitu jelas dan tegas. Sungguh wanita-wanita yang bersih hatinya, akan mengakui secara terus terang bahwa 'jilbab itu adalah merupakan perintah dari Allah, Rabb seluruh alam ini' 33.
Atau kita simak hadits-hadits Rasulullah berikut:
يَاأَسْمَاءُ ، إِنَّ المَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ المَخِيْضَ لَمْ يَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلاَّ هذَا وَ هذَا وَ أَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَ كَفِّهِ .
"Hai Asma`, sesungguhnya anak wanita itu kalau sudah sampai datang bulan, tidak pantas terlihat tubuhnya, kecuali ini dan ini. Beliau berkata demikian sambil menunjuk kepada muka dan telapak tangannya" HR. Abu Daud 34
Jadi jelas sekali bahwa yang berhak memandang aurat wanita adalah 'sebatas muhrim saja' 35.
المرحلة الثالثة
MARHALAH KETIGA
Ada lagi bentuk pertanyaan disebabkan ketidak tahuannya terhadap aturan Islam, apakah hukum jilbab itu sesuatu yang bersifat khilafiah (masih ada perbedaan pendapat)?
Masalah 'hukum jilbab bukanlah suatu yang bersifat khilafiah ' 36. 'Seluruh ulama sepakat bahwa hukum mengenakan jilbab itu wajib' 37. Sebab keterangannya begitu jelas berdasarkan Qur'an dan Sunnah. Sekali lagi saya ingatkan bahwa yang dimaksud ulama tersebut adalah ulama-ulama yang masih dekat dengan Rasulullah, seperti para sahabat dan tabiin misalnya. Bukan seorang tukang pidato lantas disebut ulama, seperti yang dipahami orang dewasa ini.
المرحلة الرابعة
MARHALAH KEEMPAT
Secuil mulut usil menyentil dari pinggir jalan. "Kuno amat sih, di zaman modern masih pakai kerudung segala!".
Untuk menjawab soal ini terlebih dahulu ditekankan bahwa 'ajaran Islam tidak ada yang kuno untuk dijalankan, sebab dia berlaku sepanjang zaman!' 38. Jadi hukum-hukumnya dirancang oleh Allah tidak hanya untuk sementara waktu saja, sebagaimana hukum-hukum yang dibuat manusia kerap kali tidak up to date lagi. 'Kalau kita cap kuno, berarti sama dengan kita menggugat otoritas Allah tentang hal ini' 39.
Satu kata lagi yaitu modern, yang sering diidentikkan dengan zaman kemajuan. Orang awam menganggap kemajuan (modern) adalah manakala manusia sudah berhasil menemukan teknologi tinggi. Umpamanya keberhasilan manusia mendarat di bulan, teknologi satelit komunikasi, penemuan fiber optik dsb.
Inilah bentuk dasar pemikiran yang senantiasa ditiup-tiupkan oleh Barat kepada kita. Dan banyak pula yang telah terkena racun itu.
Padahal kemajuan menurut Islam bukan hanya menggunakan satu parameter teknologi saja untuk mengukurnya. Justru konsep kemajuan menurut Islam ialah sejauh mana aturan dan hukum-hukum Islam diterapkan di muka bumi ini. Semakin banyak aplikasi hukum Islam di tengah masyarakat, semakin maju ummat ini. 'Semakin banyak yang berjilbab, menandakan kemajuan penerapan aturan Islam semakin berkembang' 40. 'Semakin banyak yang berjilbab, merupakan salah satu barometer telah terbentuknya bi'ah (lingkungan) Islami' 41. Jadi maaf saya ralat omongan tadi, agar kata-kata 'kuno' di atas diganti saja dengan kata 'maju'.
المرحلة الخامسة
MARHALAH KELIMA
Seorang mahasiswi yang ibunya seorang wanita karir sangat khawatir ketika saya mulai mengenakan jilbab. Sampai suatu ketika antara saya dan dia terjadi dialog yang cukup serius.
Dengan nada cemas dia berkata, ”Bagaimana kalau nanti kantor-kantor menolak mbak untuk bekerja? Jadi ijazah yang mbak dapatkan dari universitas akan sia-sia saja?”.
Pertanyaan ini masih sesuatu yang wajar, apalagi dilontarkan oleh seorang gadis yang masih muda ini. Saya pun dulu, terus terang, sebelum saya mengenal nilai Islam, juga berkeinginan muluk-muluk. Ketika lulus test Perguruan Tinggi, terbayanglah di benak saya akan peluang jabatan di perkantoran yang dapat saya raih. Saya akan berdasi, stelan bahan jas. Rambut dengan make up salon, eye shadow, lipstik. Menyiapkan kertas kerja bahan untuk rapat dinas dan sebagainya. Sungguh saya geli dan malu bila mengingat-ingat hal itu saat ini.
’Namun setelah saya kenal nilai Islam dan mengamalkan jilbab ini, soal karir itu bukanlah menjadi sesuatu yang penting bagi saya’ 42. ’Saya tidak akan takut atau khawatir soal rizki’ 43. ’Soal rizki Allah yang ngatur, tinggal kita istiqomah berjalan di atas kebenaran’ 44. ’Sebab balasan yang diberikan Allah jauh lebih besar dari sekedar jabatan Top Manager sebuah multi corporation saja, misalnya’ 45.
”Apa malah tidak menyempitkan lingkup pergaulan, sebab wanita-wanita lain akan canggung bergaul dengan mbak?”.
Soal itu sih bergantung pada kedewasaan berpikir seseorang. ’Kita harus belajar bagaimana menghormati prinsip-prinsip yang diyakini seseorang berdasarkan keimanannya’ 46. ’Soal busana muslimah ini sungguh tidak ada paksaan’ 47. yang siap mengenakannya lakukanlah dengan tulus dan ikhlas. Toh yang dipanggil Allah dalam Al-Qur’an untuk memakainya adalah ’khusus kepada wanita-wanita yang beriman’ 48. Setiap orang bergaul masing-masing dengan kelompoknya. Mungkin atas dasar kesamaan hobbi, kesamaan jurusan di Fakultas, kesamaan suku, kesamaan kampung, tetangga, atau yang lebih mendasar lagi adalah kesamaan aqidah.
Manusia kelak masuk surga berbondong-bondong. Terserah kepada kita akan berusaha mencapai bondongan yang mana. ’Nah dari banyak nas yang tertulis, satu syarat yang termasuk bondongan ahlul jannah adalah menutup aurat, sesuai aturan syar’i’ 49. Dia masih terbengong-bengong dan tampaknya masih ingin melanjutkan pertanyaannya.
”Bagaimana sekiranya suami mbak nanti meminta mbak untuk buka jilbab?”
lha wong namanya suami, kalau dia minta buka, saya sih oke-oke saja. 'Selama dalam rumah itu tidak ada orang lain yang terlarang melihat aurat saya' 50.
"Maksud saya, dia minta mbak tidak memakai jilbab lagi sekalipun berada di luar rumah?". Sebelum menikah saya akan meminta suatu persyaratan 'bahwa dia tidak akan meminta saya untuk mendurhakai Allah dan Rasul-Nya' 51. 'Termasuk dalam hal mengenakan jilbab ini' 52.
"Apa mbak nggak canggung kalau diundang ke pesta perkawinan misalnya?". Kalau diundang ke pesta dansa ya canggung toh dik, 'tapi kalau pestanya Islami nggak ada salahnya khan !' 53. Tentunya bentuk acaranya tidak menjadikan sarana pesta tersebut sebagai ajang maksiat, umpamanya membaurkan tamu laki-laki dengan tamu perempuan, semacam menyediakan sarana ikhtilat. Menyediakan minuman keras, atau mengadakan acara yang membuat manusia terlena, lupa kepada Allah.
"Apakah pakaian seperti itu tidak menyebabkan gerak tubuh kita kurang lincah?"
'Malah lebih lincah dik' 54, inikan longgar, justru 'jilbab itu maknanya pakaian longgar yang tidak menampakkan lekuk tubuh' 55. 'Rasnya lebih repot kalau wanita itu pakai kebaya' 56, jalannya mesti pelan-pelan. Salah-salah bisa kesandung, lantas jadi guling-gulingan. 'Apalagi pakai blue jeans' 57. Eh ngomong-ngomong ada yang nulis di koran tuh, 'katanya blue jeans dapat menyebabkan kanker rahim, sebab suhu sekitar rahim tidak beraturan' 58.
"Ada yang bilang kalau saya pakai jilbab nanti dikatain kaya ninja mbak!", sambungnya lagi.
"Kalau kamu dikatai kaya ninja, bilang: Biar. Biar saya satronin sekalian kamu nanti malam" 59. Itu orang kok usil amat ya? "Trus kalau kamu dibilang sok alim ah pakai jilbab segala!" Ya jawab, "Biarin, 'dari pada sok zholim !!'" 60.
"Kalau tante saya di Tebet itu bilang, kalau pakai jilbab ntar nggak laku lho. Nanti jadi perawan tua".
'Sekali lagi urusan jodoh itu adalah urusan Allah' 61. Bukan urusan manusia. 'Justru dengan semakin taatnya kita kepada Allah akan ditolong oleh Allah dan diberikan kemudahan-kemudahannya' 62.
Jadi bukan lantaran jilbab jodoh jadi sulit, eh situ nggak tahu ya, 'justru yang pakai jilbab kini lebih laris lho !!??' 63
Ngomong-ngomong apa sih kebaikan-kebaikan yang kita peroleh dengan jilbab ini mbak?".
Oowww......... banyak sekali !!. Keuntungannya berlipat ganda. Coba dengarkan baik-baik dik. 'Dengan jilbab ini diri kita lebih terlindungi' 64 dan 'tidak menimbulkan fitnah' 65. 'Sehingga kita tidak sepanjang waktu melakukan maksiat kepada Allah' 66. 'Lelaki tidak akan jelalatan ke atas ke bawah 'menyisiri' tubuh kita' 67. Maksud saya 'agar tubuh kita tidak jadi obyek cuci mata bagi kaum Adam itu' 68. Ini sungguh terjadi di mana-mana, baik di pasar swalayan, di terminal, kala berada di dalam bus kota atau di wilayah yang kerap digunakan sebagai arena 'mejeng'. Disamping itu 'kita tidak mudah diganggu laki-laki usil' 69. Dengan berpakaian begini, justru 'kita terlihat lebih anggun' 70. Artinya kita menutup aurat dengan baik, 'sehingga lelaki segan untuk 'menjawil' misalnya' 71. Tapi kalau pakaian yang dikenakan jelas-jelas mini, justru mengundang lelaki untuk berbuat iseng.
Nah, 'dengan jilbab ini tentunya tidak akan merangsang nafsu murahan para lelaki iseng itu' 72.
Selanjutnya 'agar kita berbeda dari orang Yahudi, kristen, musyrik dan jahiliyyun lainnya' 73. Inilah perintah Rasulullah SAW agar kita 'tidak meniru-niru orang-orang selain kita (selain mu'min) 74. Sebab menurut menurut pesan Rasulullah:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
"Barang siapa yang meniru suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum itu" 75.
Kalau kita akan bertasyabbuh (meniru), maka 'hendaklah bertasyabbuh kepada ahlul haq' 76. 'Agar kita termasuk pula kepada golongan ahlul haq tersebut' 77. Yaitu para muslimat yang istiqomah dalam kehidupan mereka. Para akhawat yang kokoh keimanannya, 'karena tidak silau dengan kemegahan dunia serta perhiasannya' 78.
'Jilbab juga merupakan pakaian atau hijab yang dapat mencegah terjadinya perzinahan' 79. Sebab 'menghindarkan zina mata dan zina hati' 80. Padahal zina kemaluan itu selalu 'bermula dari zina mata dan hati' 81. Dengan jilbab, 'maka bagian-bagian tubuh yang merangsang kaum lelaki pun akan tertutupi' 82. Ini merupakan aturan Islam yang preventif, dalam rangka menjaga agar tidak terjadi perzinahan. 'Bukankah mencegah lebih baik dari mengobati?' 83. Bukankah zina itu adalah sekeji-kejinya cara dan seburuk-buruknya jalan. Bentuk perbuatan yang menyebabkan murkanya Allah dan diancam dengan siksa yang pedih. Bentuk perbuatan yang merusak struktur masyarakat dan struktur garis keturunan. Perbuatan yang akan melecehkan lembaga pernikahan.
Pandanglah seorang wanita berjilbab. 'Dia begitu khusyu' dan bersahaja' 84. Sebab untuk beribadah kepada Allah kita tak perlu sombong atau angkuh kepada manusia yang lain. 'Jilbab menghapus sikap-sikap yang negatif itu' 85. 'Jilbab menghapus keinginan-keinginan jiwa yang menyimpang' 86. Seperti keinginan riya' dengan menonjolkan diri di hadapan manusia lain dengan bekal memamerkan sesuatu dari tubuhnya. Ingin dipuji oleh manusia. Ingin menarik perhatian dan merangsang nafsu laki-laki yang bukan haqnya. 'Padahal Allah mengharamkan seorang wanita untuk bertabarruj' 87. Yaitu berdandan sedemikian rupa untuk laki-laki lain (selain suami).
Belum lagi dengan dioleskannya beberapa bahan kosmetik kimia ke wajah wanita yang lembut itu. 'Hingga mengendap dibawah kulitnya' 88.
Ada suatu kisah menarik dari pengalaman seorang bintang film Prancis terkenal Brigitte Bardot. Sekitar sepuluh tahun yang lalu ketika seorang wartawan datang berkunjung ke rumahnya untuk sebuah wawancara. Namun ketika itu Bardot segera menyuruh pembantunya untuk mengunci pintu rapat-rapat, dan mencegah wartawan itu masuk. Sang wartawan yang kecewa sempat memandang dari jauh sekilas wajah Bardot yang agak kehitam-hitaman serta rambut yang memutih semua, diikuti oleh anjing-anjing kesayangannya. Setelah usut punya usut, sang wartawan akhirnya memperoleh info dari salah seorang teman dekat Bardot, hal apa yang menyebabkan Bardot menghindar dari orang luar. Seperti yang digambarkan dalam sebuah rubrik di majalahnya, Bardot yang dulu terkenal dengan kecantikan wajahnya, kini telah berubah jadi menyeramkan. Wajahnya yang putih dulu kini seperti hangus menghitam. Kepada teman dekatnya Bardot bertutur, bahwa ini disebabkan oleh begitu banyaknya bahan kosmetik yang dipakainya di kala muda dulu. Pengendapan bahan mercuri di wajahnya mengakibatkan perubahan warna kulitnya. Hingga kelihatan agak menyeramkan. Sang teman dekat mengungkapkan bahwa dia nyaris tidak mengenali lagi Bardot yang dulu disanjung-sanjung orang. Sebuah kisah yang bisa kita ambil pelajaran dari padanya.
Baiklah kita lanjutkan, di antara pengertian tabarruj adalah menampakkan 'perhiasan wanita' dengan membiarkan lehernya terbuka. Nah, 'dengan jilbab seorang wanita akan terhindar dari dosa tabarruj ini' 89.
Suatu kenyataan yang sangat mengenaskan, kita saksikan hari ini betapa merosotnya nilai wanita. Maaf kalau di koran sampai ditulis bahwa ada seorang WTS ber'tarif' hanya 1000 rupiah saja. Padahal menjadi seorang WTS saja sudah merupakan bentuk kehinaan diri manusia yang luar biasa. Dan kutukan dari Allah dan seluruh isi bumi ini. Kemudian ditambah lagi dengan diungkapkannya 'tarif' tersebut.
Begitu rendahkah nilai seorang ibu. Begitu hinakah seorang wanita di hadapan laki-laki hidung belang yang tanpa moral. Maha Suci Allah yang memuliakan wanita. Dia wajibkan nikah sebelum 'campur' antara seorang laki-laki dengan perempuan. Maha Suci Allah yang telah 'mewajibkan wanita untuk menutup auratnya' 90. 'Hingga harga diri wanita tetap terjaga dan tetap mulia' 91. 'Hingga wanita-wanita muslimah tidak merosot nilainya' 92.
Keuntungan berjilbab dari segi kesehatan adalah 'agar rambut tidak mudah dikotori oleh debu yang beterbangan kian kemari' 93. Sebab 'dengan banyaknya debu di rambut akan menyebabkan rambut mudah rontok dan berakibat kebotakan' 94.
Di samping untuk 'menjaga kulit agar tidak tersengat matahari' 95. Sebab 'sengatan matahari itu dapat mengakibatkan penyakit-penyakit kulit tertentu' 96. Seperti 'kekurangan tingkat kelembaban kulit, hingga kulit jadi kering' 97. Juga 'dapat mengakibatkan kanker kulit' 98 atau 'minimal akan mengakibatkan munculnya bintik-bintik hitam pada permukaan kulit di usia tertentu' 99. Seorang ahli menyatakan bahwa bintik-bintik hitam itu adalah sejenis pigmen kulit yang hangus terbakar. Memang, untuk mengatasinya ada yang mencoba menjalani pengobatan klinis untuk menghilangkan bintik-bintik hitam tersebut, khususnya di bagian wajah, namun hal ini pun akan beresiko di mana si pasien akan terganggu sistem syaraf permukaan kulitnya. Adakalanya muncul keluhan muka serasa tebal, kurang sensitif lagi, sering merasa tiba-tiba seluruh muka menjadi perih dsb.
Bila dipandang dari sisi lain berjilbab adalah 'agar tidak dijadikan obyek syahwat para lelaki' 100.
Adalah sangat rendah sekali manakala wanita hanya dipandang oleh lelaki sebagai obyek nafsu syahwatnya saja. Bukankah nilai seorang ibu begitu mulia. Islam mengajarkan hal itu, betapa peran ibu dalam membangun bangsa sangat besar. Tentunya peran itu tidak bisa diabaikan dengan bersibuk diri dengan berdandan sepanjang waktu. Dengan kesibukan-kesibukan yang tidak menentu, arisan ini arisan itu, rapat ini dan itu, akhirnya membuat terbengkalainya tugas pokok seorang ibu yaitu mendidk anak-anaknya.
المرحلة السادسة
MARHALAH KEENAM
Ketika saya pertama kali mengenakan jilbab, seorang teman bertanya, "eh ... kamu sudah izin belum sama sekolah?".
Saya jelaskan padanya, 'bahwa untuk taat kepada Allah tidak perlu minta izin pada manusia' 101. Amat sombong sekali manusia-manusia yang merasa memiliki hak untuk memberi izin seseorang untuk taat pada Khaliq.
Aku tengah mencoba membenahi diri. Mejeng-mejeng terus mau jadi apaan sih?. 'Pamer aurat ntar kualat di akhirat!, mending dikit-dikit berbenah!' 102.
Apa kamu sekedar ikut-ikutan kali? 'Saya nggak ikut-ikutan!!' 103. Saya yakin ini suatu kebenaran!. Saya mengakui bahwa Allah yang membolak-balikkan hati seseorang, namun saya senantiasa bermohon pada-Nya agar istiqomah di jalan-Nya. Saya ingin berada di jalan haq ini sampai maut menjemput diri.
Nggak gerah neng? 'Neraka lebih gerah bung, bahkan sangat panaaas sekali' 104.
"Ee ... dibilangin nggak percaya !!" 'Siapa yang mau percaya dengan kejahiliyyahan sih' 105.
"Ekstrim amat!!" 'Apa?? Ekstrim?? Apanya yang ekstrim?? Ngerti nggak kamu ekstrim?? Es krim kali !!'" 106.
Kayaknya dia orang yang paling tahu tentang agama! 'Saya tidak mengatakan bahwa saya adalah orang yang paling tahu tentang agama. Saya baru belajar tentang dien ini, tapi saya ingin melaksanakan semampu saya setiap ajaran Islam yang saya pahami ini' 107. (Selesai)
penulis: Abu Fatha
Sumber: www.maktabah-albani.blogspot.com

Kelabu di Hari Valentine



At Tauhid edisi VIII/7

Oleh: Arif Rohman Habib

Hari kasih sayang. Begitulah nama yang disematkan setiap tanggal 14 Februari ini. Pada hari yang lebih populer dengan nama hari Valentine ini, banyak kawula muda mengekspresikan rasa cinta mereka kepada kekasihnya (baca: pacarnya) dengan beragam cara..

Sejarah Kelam

Terdapat banyak versi yang menyebutkan asal-usul hari Valentine. Dari sekian banyak sumber yang beredar, hari Valentine pertama kali dijadikan hari perayaan gereja oleh Paus Gelesius I yang saat itu menjadi penguasa Romawi pada tahun 496 M. Upacara ini dinamakan Saint Valentine’s Day untuk mengenang St. Valentine yang mati pada tanggal 14 Februari. St. Valentine konon adalah seorang pendeta di masa Kaisar Claudius II. Pada masa pemerintahannya, Kaisar Claudius II melarang para tentara bujangan untuk menikah disebabkan tentara yang sudah menikah akan menjadi lembek dan lemah untuk berperang. Namun, St. Valentine melanggarnya dan diam-diam ia menikahkan banyak tentara muda sehingga ia pun ditangkap dan dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (Dari berbagai sumber).

Para pembaca rahimakumullah, seorang muslim yang cemburuan terhadap agamanya niscaya tidak rela merayakan hari Valentine. Sadar atau tidak, ketika merayakan hari Valentine, berarti dia ikut melakukan penghormatan kepada orang Nasrani yang dianggap sebagai ‘pahlawan cinta’. Cukuplah dua hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini sebagai peringatan bagi setiap insan yang meyakini bahwa Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan Allah dan suri tauladannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa bertasyabbuh (menyerupai) suatu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut” (HR. Ahmad dan Abu Dawud dengan sanad shahih). Di dalam hadits ini, terdapat ancaman keras bagi seorang muslim yang bertasyabbuh (menyerupai) kepada orang kafir. Telah diketahui bersama bahwa Hari Valentine merupakan perayaan orang-orang kafir. Oleh sebab itu, jika ada seseorang ikut merayakan hari Valentine, berarti dia telah menyerupai orang kafir.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Sungguh kalian benar-benar akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai-sampai jika seandainya mereka memasuki lubang dhabb (sejenis biawak) niscaya kalian akan ikuti pula”. Kami (para sahabat) bertanya “Wahai Rasulullah, (mereka itu) Yahudi dan Nasrani?”. Rasulullah menjawab “Siapa lagi?” (HR. Bukhari-Muslim).

Para pembaca rahimakumullah, di masa sekarang ini, jalan hidup Yahudi dan Nasrani mana yang tidak ditiru kaum muslimin? Mulai gaya berpakaian, gaya makan, gaya penampilan, gaya hidup, sampai gaya beragama banyak membebek kepada Yahudi dan Nasrani. Termasuk pula ketika hari Valentine. Saling memberi coklat, bunga, kado, pergi ke pesta, serta gaya hidup orang-orang Yahudi dan Nasrani lainnya banyak kita dapati pada hari tersebut. Lantas, kemana rasa ridha dan bangga kita terhadap agama Islam sehingga harus mengikuti tradisi dan kebiasaan orang kafir?

Kelabu Di Hari Valentine

Pembicaraan seputar hari Valentine umumnya tidaklah lepas dari hubungan ‘cinta’ sepasang kekasih. Terlebih di zaman sekarang, dimana rasa malu telah lenyap dari sanubari tiap insan serta syariat Islam yang telah dibuang jauh di belakang punggungnya membuat pecinta kebaikan hanya bisa mengelus dada sedih melihat kenyataan yang ada. Padahal, syari’at Islam yang mulia ini telah membuat batasan-batasan hubungan pergaulan antar lawan jenis, di antaranya sebagai berikut.

1. Islam memerintahkan untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis yang bukan mahram

Allah ta’ala berfirman (yang artinya) “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menundukkan pandanganya, dan menjaga kemaluannya (dari hal-hal yang haram); yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan menjaga kemaluannya (dari yang haram)”. (QS. An-Nur: 30-31).

Dari Jarir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan yang tiba-tiba (tanpa sengaja), maka beliau menjawab, “Palingkanlah pandanganmu!” (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi)

2. Islam melarang untuk saling menyentuh dan ber-ikhtilath (campur baur) antar lawan jenis yang bukan mahram

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Sungguh jika kepala kalian ditusuk dengan jarum besi, hal itu lebih baik baginya daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya” (HR. Thabrani dengan sanad hasan).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda “Telah ditetapkan bagi anak Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya. Kedua mata, zinanya adalah dengan memandang. Kedua telinga, zinanya adalah dengan mendengar. Lisan, zinanya adalah dengan membicarakannya. Tangan, zinanya adalah dengan memegang. Kaki, zinanya adalah dengan melangkah. Sementara qalbu berhasrat dan berangan-angan, maka kemaluanlah yang merealisasikan hal itu atau mendustakannya” (HR. Bukhari-Muslim)

3. Islam melarang untuk berkhalwat (berduaan) antar lawan jenis yang bukan mahram.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Jangan sekali-sekali salah seorang diantara kalian (wahai kaum pria) berdua-duaan dengan seorang wanita, karena setan akan menjadi yang ketiga” (HR. Ahmad dan Tirrmidzi dengan sanad shahih)

4. Islam menutup semua pintu yang akan menjerumuskan seseorang ke dalam perbuatan zina.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya) “Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al Isra’ : 32).

Syaikh as Sa’di menjelaskan, “Larangan untuk mendekati zina lebih keras daripada larangan melakukannya. Karena larangan mendekati zina mencakup larangan untuk seluruh hal-hal yang akan mengantarkan dan mengajak menuju perbuatan zina.” (lihat Taisirul Karimir Rahman)

5. Allah ta’ala mengharamkan surga bagi yang membiarkan perbuatan keji dalam keluarganya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Ada tiga golongan yang Allah haramkan surga untuknya: pecandu khamr (minuman keras), anak yang durhaka kepada orang tuanya, serta dayyuts, yaitu orang yang membiarkan perbuatan keji terjadi di rumahnya” (HR. Ahmad dengan sanad shahih)

Para pembaca rahimakumullah, cobalah kita berpikir jujur. Larangan mana yang tidak diterjang oleh para muda-mudi ketika hari Valentine? Bahkan, pelanggaran syari’at tersebut banyak kita jumpai dalam keseharian. Berpegangan, berboncengan, berpelukan, berciuman, sampai taraf perzinaan, na’udzu billahi min dzalik. Ironisnya, para orang tua yang semestinya mencegah hal-hal buruk terjadi di tengah keluarganya justru membiarkan hal tersebut.

Di hari yang dikatakan sebagai hari ‘kasih sayang’ ini (kalaulah itu benar), seharusnya hari tersebut diliputi oleh suasana cerah yang penuh kebaikan, bukan diliputi oleh kelabu dosa dan pekatnya kemaksiatan. Tak salah jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhawatirkan umat sepeninggal beliau tertimpa fitnah wanita. Beliau bersabda “Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (ujian) yang lebih membahayakan kaum laki-laki daripada fitnah wanita” (HR, Bukhari-Muslim). Hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan.

Ketika ‘Cinta’ Bersemi

Mungkin banyak kawula muda yang mempertanyakan bagaimana jika seseorang terlanjur jatuh cinta kepada orang lain yang sulit sekali untuk menghilangkannya. Jatuh cinta diistilahkan oleh para ulama’ dengan al-‘isyq. Ketika seseorang terkena ­al-‘isyq (mabuk cinta) kepada lawan jenis, hendaknya dia memperhatikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berikut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Wahai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kalian mampu untuk menikah, maka menikahlah. Karena menikah akan lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena puasa adalah tameng baginya” (HR. Bukhari-Muslim).

Dalam hadits ini, Nabi memberikan jalan keluar bagi para pemuda yang tengah tinggi syahwatnya kepada lawan jenis untuk menikah, karena menikah akan menundukkan pandangannya dari hal-hal yang diharamkan dan akan menjaga kemaluannya dari perbuatan yang keji. Apabila belum mampu, jalan lain adalah dengan berpuasa, karena puasa akan meredam gejolak syahwat terhadap lawan jenis dengan sebab dia menahan diri dari makan dan minum. (lihat Taisirul ‘Allam karya Asy Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam).

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al Hamd hafizhahullah menjelaskan ada 19 cara agar seseorang dapat terbebas dari al-isyq, di antaranya yaitu:

1. Berdoa kepada Allah dan meminta perlindungan kepada-Nya dikarenakan dia tengah tertimpa musibah berupa al-isyq.
2. Hendaknya dia menyibukkan diri untuk perkara-perkara yang bermanfaat untuk dunia maupun akhiratnya supaya dia dapat terlupakan dari orang yang dia cintai.
3. Senantiasa bermajelis ilmu, karena di dalamnya terdapat nasehat dan peringatan bagi setiap jiwa yang lalai dari akhiratnya.
4. Melihat kekurangan orang yang dia cintai.
5. Memperhatikan keadaan orang-orang yang terkena al-isyq. Betapa banyak orang yang menjadi ‘gila’ karena cinta? (disarikan dari Al-‘Isyq, Haqiqatuhu, Khathruhu, Asbabuhu, ‘Ilajuhu)

Untuk Muda Mudi

Terakhir, kami nasehatkan untuk para muda mudi untuk mengasihi dan menyayangi dirinya masing-masing. Jangan sampai dengan maksud mewujudkan rasa cinta kita kepada sang kekasih, justru bersamaan dengan itu kita tidak menyayangi diri kita sendiri, yakni dengan membenamkan diri kita kedalam ancaman Allah ta’ala berupa siksa yang keras disebabkan kita menerjang larangan-larangan-Nya. Semoga Allah ta’ala memberikan petunjuk serta menyelamatkan kita dari fitnah (ujian) ini. Wallahu a’lam bish shawab. [Arif Rohman Habib]
Sumber : www.muslim.or

Minggu, 15 April 2012

Belajar Ikhlas Dari Para Salaf

Dari Abu Ja’far al-Hadzdza diriwayatkan bahwa ia menceritakan, “Aku pernah mendengar Ibnu Uyainah berkata,
‘Apabila amalan hati bersesuaian dengan amalan zahir, itulah keadilan. Apabila amalan hati lebih baik dari amalan zahir, itulah keutamaan.Dan apabila perbuatan zahir lebih bagus dari amalan hati, itulah kepuasan.’” (Shiatsu Shafwan4/141,142) Dari Abdullah bin Mubarak diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Hamdan bin Ahmad pernah ditanya, “Mengapa ucapan ulama Salaf lebih berguna dari ucapan kita?”
Beliau menjawab, “Karena mereka berbicara untuk kemuliaan Islam, keselamatan jiwa dan kerjaan ar-Rahman. Sedangkan kita berbicara untuk kemuliaan diri, mencari dunia dan keridhaan manusia.” (Shifatush Shafwah2/234)
Diriwayatkan bahwa tukang cerita yang tinggal dekat dengan Muhammad bin Wasit berkata, “Kenapa kulihat hati manusia itu tidak khusyu, tidak berlinang air matanya dan kulitnya tidak bisa merinding (mendengar ceritakan)?”
Muhammad bin Wasi menjawab,
“Wahai Fulan, karena kulihat orang-orang itu hanya mendapat cerita (kosong) darimu. Apabila kata-kata itu berhulu dari hati, niscaya ia akan sampai ke hati.” (Syiar A’lam an-Nubala‘ 6/122) Aun bin Marah berkata, Aku pernah mendengar Hisyam ad-Dustuwai menyatakan, “Demi Allah, aku tak berani menyatakan sama sekali bahwa suatu hari aku pernah pergi mencari hadits karena Allah semata.”
Menurut hemat saya (adz-Dzahabi), demi Allah demikian juga halnya dengan saya. Dahulu generasi as-salaf menuntut ilmu karena Allah, maka mereka pun jadi terhormat dan menjadi para imam panutan. Kemudian datang kaum lain yang menuntut ilmu yang pada mulanya bukan karena Allah dan berhasil memperolehnya. Namun kembali ke jalan yang lurus dan mengintropeksi dirinya sendiri dan akhirnya ilmu itu sendiri yang mendorong dirinya menuju keikhlasan di tengah jalan.
Sebagaimana dikatakan oleh al-Mujahid dan lainnya, “Dahulu  kami menuntut ilmu tanpa niat yang tinggi. Namun kemudian Allah menganugerahi niat sesudah itu.” Sebagian ulama menyatakan, “Kami hendak menuntut ilmu untuk selain Allah, namun ternyata ia (menuntut ilmu -ed) hanya bisa dilakukan karena Allah.
Sumber: Belajar Etika dari Generasi Salaf, Abdul Aziz bin Nashir al-Jalil dan Bahauddin bin Fatih Uqail, Darul Haq, Cetakan 1 2005
***

Suami Sholeh, Harta yang paling Berharga bagi Istri

Buat seorang wanita, harta yang paling berharga didalam hidup ini adalah seorang suami yang sholeh. Kepadanyalah, seorang istri akan merasakan kebahagian didalam hidupnya dan diakhirat kelak, keberuntunganlah yang akan diterima seorang istri, jika dia mempercayakan hidupnya, memberikan segala cinta, perhatian, dan kasih sayangnya kepada suami yang sholeh. Karena didirinyalah, seorang istri akan mendapatkan apa yang didambanya: Ketenangan, keteduhan, kedamaian, perlindungan dan cinta serta sayang.

Suami yang sholeh adalah seorang yang bisa membahagiakan istri dan anaknya, serta keluarganya baik di dunia ini ataupun di akhirat kelak. Seorang suami yang sholeh tidak akan memberi makan istri dan anak-anaknya kecuali dengan harta yang halal.

Seorang suami yang sholeh adalah seorang suami yang mampu menjaga amanah yang diberikan kepadanya. Dan istri adalah amanah yang diberikan kepada seorang laki-laki yang menjadi suaminya.

Suami yang sholeh adalah seorang suami yang mampu memperlakukan istri dan anaknya dengan sifat-sifat yang terpuji, seorang suami yang sholeh akan selalu memperlakukan istrinya dengan sabar, sabar dengan setiap kesalahan-kesalahan istrinya, dan memperlakukan istrinya dengan kelembuatan dan penuh maaf saat istri dipenuhi dengan emosi dan kemarahan.

Suami yang sholeh adalah suami yang mampu menjadi pemimpin didalam rumah tangganya. Seorang suami bagaikan pemerintah didalam rumah tangganya, seorang suami yang sholeh adalah yang mampu memperhatikan hak dan kepentingan rakyatnya didalam pemerintahan yang dipimpinnya, dalam hal ini adalah istrinya.

Seorang suami yang sholeh akan selalu mampu bersikap bijaksana didalam tindakannya, menghargai pendapat istrinya, dan jika terjadi perbedaan pendapat dengan istrinya, dengan sikap terpuji dan penuh cinta kasih menghargai pendapat sang istri, serta mencari titik temu bersama dalam kerangka yang diperintahkan oleh alloh dan mejauhi segala yang dilarang oleh alloh.

Seorang suami yang sholeh akan selalu mampu menjadi teladan terpuji buat istri dan anak-anaknya. Mampu menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan mendidik diri, istri, dan anak-anaknya untuk menapaki jalan-jalan yang menuju keridloan Alloh.



Seorang suami yang sholeh adalah seorang suami yang mampu membuat dirinya, istrinya dan anak-anaknya mencintai ilmu, menguasai ilmu dan mampu mengamalkannya, menjadikan ilmu yang diperolehnya itu bermanfaat bagi bangsa, negara, dan agamanya.

Seorang suami yang sholeh adalah seorang suami yang mampu membuat istrinya dan anak-anaknya tumbuh, dan berkembang menjadi pribadi yang luar biasa serta menapaki tangga-tangga sukses di dunia ini dan akhirat kelak.

Seorang suami yang sholeh adalah seorang suami yang akan selalu menjaga istri dan anaknya dari api neraka.

by : Fsi Al Kautsar UNJ
sumber : http://www.facebook.com/notes/indahnya-menikah-full-barokah/suami-sholeh-harta-yang-paling-berharga-bagi-istri/143989638999167